Turki Tekan Gencatan Senjata Gaza, Bos Intelijen Temui Hamas

Ketegangan di Jalur Gaza yang telah berlangsung selama 20 bulan memasuki babak baru setelah kepala badan intelijen Turki dilaporkan bertemu langsung dengan petinggi Hamas. Pertemuan rahasia ini bertujuan menekan tercapainya kesepakatan gencatan senjata permanen, di tengah penderitaan rakyat Gaza yang semakin parah akibat blokade dan serangan militer Israel yang tiada henti.

Sejumlah sumber diplomatik menyebutkan, Turki memanfaatkan hubungan eratnya dengan Hamas untuk menjembatani pembicaraan antara kelompok perlawanan Palestina itu dengan mediator internasional. Turki berkomitmen untuk menjadi jembatan bagi terciptanya perdamaian di Gaza, sekaligus memastikan bantuan kemanusiaan dapat segera masuk dan didistribusikan ke masyarakat yang kini terancam kelaparan massal.

Sejak lebih dari dua bulan lalu, Israel menutup total jalur distribusi bantuan makanan ke Gaza. Kondisi ini memicu peringatan bencana kelaparan dari berbagai organisasi kemanusiaan dunia. Walau Israel kini kembali mengizinkan pengiriman terbatas bantuan melalui Yayasan Kemanusiaan Gaza, distribusinya justru memicu tragedi baru. Beberapa warga Palestina dilaporkan tewas dalam upaya mendapatkan bantuan, di tengah penjagaan ketat pasukan Israel dan kontraktor keamanan AS.

Para mediator internasional berupaya keras mendorong tercapainya kesepakatan damai. Namun kebuntuan terus terjadi, terutama terkait masalah jaminan keamanan Israel dan tuntutan Hamas atas penghentian blokade serta penarikan pasukan Israel dari wilayah Gaza.

Dalam pertemuan terbaru, pejabat intelijen Turki dan Hamas membahas mekanisme penghentian serangan militer, pembukaan jalur bantuan secara penuh, hingga peluang rekonstruksi infrastruktur sipil yang hancur akibat perang. Langkah ini juga dianggap sebagai strategi untuk menekan Israel agar mematuhi hukum humaniter internasional yang mewajibkan perlindungan warga sipil.

Turki berulang kali menegaskan bahwa rakyat Palestina berhak hidup bebas dan merdeka di tanah air mereka sendiri, tanpa ancaman serangan militer. Negara itu pun berjanji akan terus menyalurkan bantuan dan mendorong dukungan internasional demi terwujudnya perdamaian.

Sementara itu, Israel tetap mengklaim blokade ketat dan pembatasan distribusi bantuan sebagai langkah pengamanan dari potensi penyelundupan senjata dan logistik militer ke Hamas. Klaim ini berulang kali dibantah para pengamat dan lembaga kemanusiaan internasional yang menyebut kebijakan tersebut hanya memperburuk penderitaan rakyat sipil.

Harapan kini tertuju pada pertemuan-pertemuan diplomatik lanjutan, yang diharapkan dapat menghasilkan kesepakatan gencatan senjata permanen dan membuka jalan bagi rekonstruksi Gaza, sekaligus mengakhiri penderitaan jutaan warga sipil yang terjebak di tengah konflik.